Bismillah,
[Ya Allah, ajarilah kami untuk bijak dalam berpikir, santun dalam bersikap dan bertutur, dengan segala keterbatasan yang menjadi fitrah-Mu atas kami. Kami bukanlah Nabi dan Rasul pilihan-Mu dengan kesempurnaan Iman dan Akhlaq yg terpuji, kami hanyalah hamba-hamba-Mu, yang berusaha memperbaiki diri di atas lembaran hari yang masih Engkau berikan, yang semuanya tak akan mampu kami lakoni, jika tanpa rahmat dan ijin-Mu. Aamiin ]
Cinta, telah mengantarkan aku pada kehidupan yang kuanggap sempurna, dalam batas kesempurnaan seorang hamba. Betapa tidak, cinta telah menjadikan aku menjadi wanita yg utuh, sebagai istri dan ibu untuk kedua putriku.
Hari-hari kulewati dengan kesibukan dan rutinitas sebagai Ibu Rumah Tangga, mengurus segala kebutuhan dan keperluan suami dan anak2ku. Meski kadang penat nanti kurasakan saat tubuh ini sdh berhenti dari aktifitas dan tidur, itupn setelah suami dan anak2ku terlelap dalam mimpi indahnya.
Ada damai yg selalu menyeruak di dalam hati ini, saat terjaga di spr3 malam, dan memandang wajah polos mereka, membuat cinta ini semakin membuncah, dan kubawa dlm sujud syukur kepada-Nya.
Rasa penat pn berubah menjadi semangat, utk terus mendampinggi mereka, menjadi bagian dari kehidupan mereka selama nadi masih berdetak.
Namun kebahagiaan itu tiba-tiba terusik, saat suami,,,, abi dari anak2ku mengajukan sebuah permintaan,,, ''ingin menikah lagi''.
Ya Allah, rasanya ada yg pecah di dada ini, dan kepingan-kepingannya menikam, merobek hati dan jantungku, meledakkan dalam tanggis dan amarah yg tak terbendung.
Wanita mana sih yang ingin cintanya berbagi kepada wanita lain,,,? Jikapun itu harus terjadi, haruslah ada sebuah alasan yg benar2 tepat dan di terima oleh hati dan akal pikiran. Yakni jika memang aku sdh tak mampu lagi melakoni tugas dan kewajibanku sebagai istri.
Tapi abi tetap dengan permintaannya, dan tidak berniat menceraikan aku, apapn alasan dan dalil yg aku tunjukkan padanya. Bahkan saat ku tanya kpdnya ''mampukah bersikap adil,,,? Dengan tegas dia berkata,,, seorang suami mngkin mampu brsikap adil dlm hal harta dan waktu utk istri2nya, namun dalam hal kasih sayang??? Hanya ALLAH yg tahu dan berhak menilai. Karena Rasulullah saja senantiasa memohon ampun kepada-Nya setiap menggilir istri-istrinya.
Akupn semakin terpojok, sakit hati dan kecewa membuatku banyak menghabiskan malam2ku dalam sujud dan do'a panjangku utk-Nya. Kucoba mencari kekuatan dgn membuka kembali ayat2 cinta-Nya yg selama ini srng kulantunkan utk mengisi wkt senggangku. Kucoba memahami ayat demi ayat-Nya yg membolehkan seorang suami memiliki lebih dari 1 istri. Aku ingin Ikhlas itu ada dihatiku,,, agar tiada beban buatku dalam mengambil sikap.
Subhanallah,,,,
Alhamdulillah,,,,,
Perlahan namun pasti kudapatkan satu kekuatan. Dan dengan mantap ku setujui keinginan suamiku, dengan catatan,,, aku harus tahu siapa wanita yang akan menjadi 'madu'ku, menjadi saudaraku, dan menjadi teman berbagi cinta utk suami kami nanti.
Kembali hatiku terenyuh,
Saat suamiku membawa wanita itu dan mengenalkannya padaku. Wajah ayu, polos dan teduh. Dengan jilbab lebar yg menutupi tubuhnya,,,
Begitu sederhana dan anggun, membuat hati ini semakin terbuka menerimanya sbg bagian dari hidup kami. Apalagi stlh kutahu latar belakang kehidupannya dan dimana suamiku mengenalnya... ''seorang yatim, dan janda muda dgn 1 anak. Suaminya yang penjual bakso keliling, meninggal karena tabrak lari, setahun lalu. Dia mengenal suamiku saat dia kebingunggan membeli obat utk anaknya di sebuah apotik, di saat yg sama jg suamiku sdng menebus resep utk anak kami yg demam, dan saat menebus obat di depan kasir, tangan yg gemetar dan suara terputus-putus memohon kpd kasir, agar jika bisa obat yg akan ditebusnya dgn sejumlah uang yg ada padanya. Dia tidak memiliki cukup uang jk hrs membayar semuanya, menarik perhatian dan rasa iba suamiku. Dari sanalah kemudian suamiku yg kemudian mengantar wanita yg bernama Khumairoh itu kerumah petak yg dikontraknya.
Rasa iba itu kemudian membuat suamiku berniat mengangkatnya jadi istri, apalagi melihat khdpannya sepeninggal suaminya dgn menjual penganan ringan di kompleks tmpat dia tinggal.
Tanpa sadar mataku merebak mendengar kisahnya. Aku yg diberi nikmat materi dan cinta yang cukup oleh-Nya, mengapa tak bisa berbagi dengan kaumku yang benar2 membutuhkan uluran perhatian dan cinta? Bagaimana jika akhirnya Allah mengambil lagi nikmat itu?
Dengan penuh kasih yg tulus kurengkuh dia dlm pelukan,,, kubisikkan di telinganya,,, ''dik, mari temani mbak mengurus orang yang sama2 Allah titipkan utk kita meraih jannah-Nya, dan mari kita berlomba mendo'akan nya agar mampu menuntun kita ke JANNAH-NYA. karena dialah tempat kita meraih ridha-Nya dgn ridhonya, dan dia adalah suami kita.....''
Ada airmata yg bergulir di pipiku, bukan airmata sakit hati, tapi airmata bahagia. Rasa yg aku sndiri tak bisa mengerti mengapa hadir di sana,,,, di hatiku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar