Sabtu, 28 April 2012

INDAHNYA MEMILIKI HATI YANG BAIK


Dua laki-laki bersaudara bekerja di sebuah pabrik kecap dan sama-sama belajar ilmu agama islam untuk bekal kehidupannya didunia dan di akhirat. Mereka berjalan kaki mengaji kerumah gurunya yang jaraknya sekitar 10 KM dari rumah peninggalan orangtua mereka.

Suatu ketika sang kakak berdo'a memohon rezeki untuk membeli sebuah Mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana pejalanan dia dan adiknya bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari perusahaannya dimana dia bekerja.

Lalu sang kakak berdo'a lagi memohon seorang istri yg cantik dan baik, Allah pun mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik perangai.

Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo'a memohon kepada Allah ingin sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain, dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do'anya itu.

Sementara itu sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan kakaknya. Namun karena kakaknya seringkali sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, akhirnya sang adik sering kali harus berjalan kaki sendirian untuk mengaji kerumah gurunya.

Suatu saat sang kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya, dan dia teringat akan adiknya bila berdoa selalu membaca selembar kertas, dlm benak kakaknya jangan2 adiknya tidak pernah hafal bacaan do'a. lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo'a kepada Allah dg penuh keyakinan dan berupaya untuk membersihkan hatinya, karena anggapan sang kakak seolah2 adiknya masih berhati kotor sehingga do'a-do'anya tiada dikabulkan oleh Allah azza wa jalla.

Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do'anya tak pernah terkabul.

Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do'a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do'a untuk guru mereka, do'a selamat dan ada kalimah di akhir do'anya:

"Yaa, Allah... tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,

Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do'a kakak ku, bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku didunia dan akhirat, "

Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak menyangka ternyata adiknya tak pernah satukalipun berdo'a untuk memenuhi nafsu duniawinya. —

Tidak ada komentar:

Posting Komentar